Tuesday, January 31, 2017

Membuat DIY Liquid Vapor (update)

Halo gaes, lama tidak jumpa. Kali ini saya ingin kembali sharing tentang pembuatan DIY liquid untuk vaporizer, kenapa saya share lagi? Karena saya melihat banyak sekali teman-teman yang ingin mencoba menjadi brewer, entah untuk konsumsi sendiri maupun dikomersilkan. Dan juga perbaikan dalam tulisan saya sebelumnya, karena itu terlalu "mengambang" untuk saat ini, kurang mendetail juga.
Oke, langsung saja. Kali ini kita akan coba batch 100ml agar lebih mudah dalam penghitungan nya.

Peralatan:
1. Gelas Beaker (ukuran 100ml ke atas)

2. Gelas Ukur (minimal ukuran 100ml)

3. Corong stainless (tidak wajib)
4. Mixer / Pengaduk (Manual / elektrik, bebas)
5. Botol Steril (untuk menyimpan liquid, bahan kaca lebih bagus)
6. Sarung tangan latex steril (atau pakai saja alkohol swap/hand sanitizer)

Bahan:
1. Propylene Glycol (Pharma grade)
2. Vegetable Glycerine (Pharma grade)
3. Flavor / Essence (Sebisa mungkin gunakan yang candy grade, misal TFA, Capella, Flavor Art, dll)
4. Sweetener (Saya sarankan menggunakan sucralose, atau sweetener merk TFA / Capella)
5. Nikotin (Bisa gunakan merk Nicvape, RTS, Alpha, Wizard lab, dll. Yang penting vendor nya jelas)
6. Chiller / Cooling agent (jika ingin memberi efek dingin)

Prolog:
Kali ini kita akan gunakan % (persen) agar lebih mudah diterapkan berapapun liquid yang ingin kita buat.
Contoh:
VG 70%, berapa ml (mililiter) kah itu dalam batch 100ml ? Cara menghitungnya adalah:
(70 / 100) x 100ml = 70ml
Jadi 70% dari 100ml adalah 70ml

*)Tips: dalam batch 100ml, setiap 1% nya adalah 1ml. Jadi mudah kan mengitungnya? oke kita lanjut..

Pertama, tentukan rasa apa yang ingin kita buat. Dalam sharing kali ini saya akan coba membuat rasa Strawberry Cream. Lalu kita tentukan rasa apa yang akan kita tonjolkan, kali ini saya ingin strawberry dominan, lalu ada kesan cream seperti es krim pada body dan bottom note french vanilla (mirip vanilla wafer ta*go). Langung masuk ke resep:

1. Capella Sweet Strawberry : 3% (ini strawberry manis, candy like)
2. TFA Strawberry Ripe : 3% (karakternya seperti buah strawberry asli yang sudah matang)
*) kenapa harus 2 jenis strawberry? Sweet Strawberry saya gunakan agar rasanya lebih "blend" dengan basic cream nya nanti, karena jika Strawberry Ripe saja nanti kesannya cuma buah strawberry yang ditaruh diatas cream, kurang menyatu. Lanjut

3. Capella Vanilla Bean Ice Cream : 2%
4. Capella Sweet Cream : 3%
5. TFA Marsmallow: 2% (kok ada marsmallow juga? karena menurut saya ini dapat memberi kesan sweetness pada body, untuk mendukung sweet cream diatas)
*) Untuk body saya rasa itu sudah cukup umtuk memberi kesan cream, meskipun masih sangat sederhana dan masih bisa dimodifikasi agar lebih "bold" lagi. Lanjut

6. TFA French Vanilla : 2%
7. Capella Whipped Cream : 1%
*) Ini hanya sebagai bottom note, untuk support body agar after taste vanilla lebih "dapat".

8. Capella Super Sweet (Sweetener) : 1% (saya tidak suka terlalu manis, bila suka manis bisa dimainkan antara 1-3% saja, selebihnya malah bisa "over" dan membuat coil cepat berkerak)
9. Nikotin : 3% (saya inginkan nic 3mg/ml, dan merk favorit saya adalah NicVape karena karakter TH (Throat Hit) nya mantap )

Kedua tentukan perbandingan PG : VG, kalau saya paling nyaman di PG 30 : VG 70, setelah itu kurangi PG dengan total (%) dari flavor + sweetener + nikotin. Dalam kasus ini:

PG - (Flavor + Sweetener + Nikotin) = 30 - (16+1+3) = 30 - 20 = 10
Artinya PG yang perlu kita tambahkan adalah 10%, karena Flavor, dll itu adalah PG base sehingga kita anggap 20% dari PG sudah terpenuhi oleh komponen itu.

Mixing:
1. Sterilkan semua peralatan termasuk tangan kita
2. Konversikan hitungan dalam (%) tadi menjadi ml (mililiter), karena kita membuat 100ml, berarti 1% nya adalah 1ml
3. Masukkan 10ml PG ke dalam gelas ukur
4. Masukkan flavor pertama, kali ini adalah Sweet Strawberry 3ml, berarti tinggal kita tambahkan hingga skala di gelas ukur kita menunjukkan angka 13 (10ml PG + 3ml Sweet Strawberry)
5. Lakukan langkah ke 4 pada flavor dan komponen lain kecuali VG
6. Goyang gelas ukur dengan gerakan memutar hingga terlihat semua telah tercampur rata
7. Masukkan VG sebanyak 70ml, kali ini akan tepat menyentuh angka 100ml, karena komponen sebelumnya sudah berjumlah 30ml
8. Tuang campuran tadi ke dalam gelas beaker, agar kita lebih mudah mengaduknya
9. Aduk sampai rata, jika menggunakan mixer elektrik lebih baik diberi dimmer agar putarannya tidak terlalu kencang dan menimbulkan buih. Kalau manual, yang penting jangan sampai berbuih. Proses mixing ini bervariasi antara 15-30 menit
10. Jika larutan sudah terlihat homogen (tercampur sempurna), masukkan ke dalam botol penyimpanan dan tutup rapat
11. Steeping, simpan botol tadi dalam suhu ruang dan jangan terkena sinar matahari (makin gelap makin baik). Waktu steeping ini juga bervariasi, antara 1-30 hari. Pokoknya cicip liquid anda setiap hari agar tahu di hari ke-berapakah liquid anda nantinya siap dikonsumsi, jadi ketika membuat lagi, anda sudah tahu waktu yang pasti untuk steeping liquid buatan anda.

Yah demikian yang bisa saya share kali ini, semoga bermanfaat ya gaesss.. keep brewing!!! Jangan takut gagal, karena sesuatu yang baik tidak tercipta secara instan. *cheers*

Tuesday, October 6, 2015

Vaping VS Rokok

Halo teman-teman pembaca yang setia, kali ini saya bukan mau me-review ataupun memberi tutorial. Kali ini saya hanya ingin mengungkapkan apa isi hati dan pikiran saya soal Vaping.
Mengapa artikel ini saya buat? Karena saya sering dengar pertanyaan semacam ini:
1. Vaping itu berbahaya gak sih?
2. PV (Personal Vaporizer) sama rokok itu lebih bahaya mana?
3. Apa gak bikin polusi tuh asapnya banyak banget?
Dan lain sebagainya. Saya kadang lelah juga menjelaskan ke orang lain tentang vaping, tapi ya apa boleh buat. Saya sadar bahwa saya (pengguna PV) harus memberi tahu orang-orang disekitar saya tentang benda yang selalu saya bawa kemana-mana ini, agar orang lain mengerti benda apa ini sebenarnya.
Oke, mari masuk lebih jauh. Bagi saya, kegiatan vaping ini sangat berbeda dari rokok konvensional. Pertama, tidak ada proses pembakaran disini, hanya Propylene Glycol dan Vegetable Glycerine yang di-uap kan. Benar, tidak ada bau pembakaran (sangit dalam bahasa Jawa). Kedua, bahan yang digunakan pun berbeda dimana rokok menggunakan daun tembakau yang dibakar, PV menggunakan Propylene Glycol dan Vegetable Glycerine yang diuapkan menggunakan kumparan kawat yang kita sebut koil. Persamaan dari rokok dan PV satu-satunya adalah sama-sama digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan Nikotin dalam jumlah tertentu (tergantung kebutuhan). Keuntungan dengan PV adalah kita bisa menurunkan kadar nikotin sesuai kebutuhan kita, biasanya produsen liquid memiliki opsi 6mg, 3mg, dan 0mg. Ketika kita sudah bisa memakai 0mg nikotin maka jelas kita sudah terlepas dari adiksi nikotin, benar kan? Meskipun kita tetap vaping, sewaktu-waktu berhenti pun tidak masalah karena pada dasar nya sudah lepas dari adiksi nikotin. Berbeda dengan rokok, seorang perokok apalagi perokok berat sangat susah untuk mengurangi batang rokok yang dihisapnya. Saya tidak asal bicara, karena saya pernah termasuk salah satunya. 2 bungkus per hari itu sudah biasa, bisa anda bayangkan berapa ribu racun yang saya hisap tiap hari nya. Satu-satunya opsi bagi perokok untuk berhenti ya hanya niat, dan itu sangat sulit karena kita tidak bisa menurunkan konsumsi nikotin kita secara perlahan.
Sekarang saya ingin menanggapi, mana yang lebih berbahaya?
Pertama, apa yang terkandung dalam rokok? Jelas ada nikotin, tar, arsenik, amonia dan ribuan lainnya. Lalu apa yang terkandung dalam liquid PV? Propylene Glycol, Vegetable Glycerine, Essens (food grade), Nikotin (opsional), pemanis (terkadang). Hanya itu yang terkandung dalam liquid. Bagi saya memang semua yang tidak seharusnya masuk paru-paru seseorang tapi tetap dipaksa dimasukkan tentu memiliki resiko. Jika kita lihat bahan-bahan nya, liquid PV itu lebih cocok masuk ke pencernaan ketimbang pernafasan, hehehe karena bahan-bahan itu sudah sangat wajar terdapat pada makanan (kecuali nikotin). Silahkan googling saja satu per satu bahan liquid yang saya sebutkan tadi. Sekarang kita lihat bahan apa yang ada dalam rokok, tentunya daun tembakau, kertas rokok, dan filter. Lalu kenapa zat yang dihasilkan ada ribuan? Ya karena pembakaran itu tadi menghasilkan senyawa-senyawa yang lebih kompleks, saya tidak bisa menjelaskan lebih jauh karena memang bukan bidang saya (bagi teman-teman yang tahu, tolong sampaikan di kolom komentar ya).
Terus terang saya tidak bisa secara gamblang mengatakan mana yang lebih berbahaya, saya hanya ingin menjelaskan apa yang saya rasakan. Pada dasarnya memasukkan "sesuatu" ke paru-paru selain oksigen itu tentu memiliki resiko, termasuk merokok dan vaping. Namun kenapa saya lebih memilih vaping? Karena saya tahu benar apa yang saya masukkan ke paru-paru, dan bahan-bahan itu (setidaknya) aman bila dikonsumsi. Jika saya menginginkan nikotin, kenapa saya harus ikut memasukkan 4000 lebih zat kimia yang ada dalam rokok? Dengan vaping setidaknya hanya beberapa senyawa saja yang ikut masuk ke paru-paru saya. Toh, di lingkungan kita sekarang sudah susah mendapatkan udara bersih (terutama di perkotaan), semua sudah tercemar asap kendaraan, polusi pabrik, asap pembakaran sampah, dan berbagai polusi lainnya. Setiap hari paru-paru kita tercemari oleh polusi itu, apakah saya harus menambah itu semua dengan 4000 lebih zat berbahaya dalam rokok? Bagi saya, memilih vaping untuk mendapatkan nikotin itu lebih bijaksana (INGAT, BAGI SAYA PRIBADI). Itu alasan pertama saya.
Alasan kedua, saya pernah ditegur karena bau asap rokok yang begitu pekat di badan maupun nafas saya. Yah, secara tidak langsung itu membuat saya tidak percaya diri ketika berhadapan dengan orang lain, terutama keluarga, ataupun rekan-rekan yang tidak suka bau rokok. Juga ketika saya merokok, meskipun di tempat terbuka dan tidak ada larangan, ada saja orang yang mengibas-ngibaskan tangan di depan hidungnya karena asap rokok saya mengenai orang itu. Bagi saya itu sudah "kode" jika orang itu terganggu dengan kehadiran saya disitu. Memang awalnya saya cuek, toh memang tidak ada larangan merokok. Namun lama-lama saya merasa bersalah juga. Kenapa saya harus "meracuni" para perokok pasif ini? Apa salah mereka? Itu alasan kedua saya memilih untuk vaping, setidaknya apa yang saya hembuskan itu adalah uap. Meski demikian saya tetap berusaha tidak mengganggu orang lain dengan uap saya dan tetap vaping di area dimana merokok diperbolehkan.
Ketiga, saya adalah orang yang ceroboh. Pernah suatu ketika saya sedang mengetik sambil tengkurap di kasur, sembari menyeruput secangkir kopi hitam dan menghisap rokok. Ketika mata sudah berat, akhirnya saya ketiduran dengan tangan masih memegangi rokok yang masih menyala. Alhasil, saya membakar sebagian sprei tempat tidur dan terkena sedikit luka bakar di tangan. Saya masih bersyukur bisa segera terbangun dan memadamkan api. Dengan vaping, saya rasa insiden itu tidak akan terjadi lagi. Meskipun PV masih menyala, selama tombol firing tidak tertekan tidak akan terjadi insiden serupa.
Alasan yang ke empat, dengan PV kita bisa merasakan liquid dengan berbagai rasa. Percaya atau tidak, itu sangant menyenangkan bagi saya. Saat merokok, saya hanya memiliki 2 opsi rasa, tembakau murni, atau tembakau dengan menthol. Dengan PV, ada banyak sekali rasa yang bisa kita explore, mulai dari buah, makanan, minuman, menthol dan lain-lain. Indra perasa dan penciuman saya pun sekarang lebih peka terhadap berbagai macam rasa dan bau. Bahkan, saya mulai bisa mengkonsumsi air putih lagi (FYI: ketika masih aktif merokok, saya benar-benar tidak suka air putih, pokoknya harus minum yang ada rasanya, terutama kopi). Dan air putih itu memberi dampak yang besar pada kesehatan saya. Oya satu info lagi, ketika vaping jangan lupa diselingi meminum air putih, karena tenggorokan akan terasa kering dan tubuh mengalami dehidrasi (setau saya penyebabnya adalah Propylene Glycol dalam jumlah tertentu).
Alasan terakhir saya, ada begitu banyak opsi dan modifikasi pada PV. Saya orang yang suka mengutak-atik sesuatu, karena itu saya sangat senang ketika hobi saya itu bisa tersalurkan dengan kegiatan vaping ini. Ada begitu banyak opsi, mulai dari jenis Mod, RDA/RTA, berbagai macam bentuk koil yang bisa dibuat, bahkan kita bisa membuat sendiri PV kita, misal seperti Powerbank Mod. Tentu ada banyak hal yang bisa kita lakukan dengan peralatan ini, mulai dari modifikasi, inovasi, dan lain sebagainya.
Yah, itulah beberapa alasan saya beralih menggunakan Vaporizer. Lima hal itu sudah cukup kuat membuat saya berhenti merokok tembakau. Tapi saran saya bagi anda yang ingin beralih ke PV dengan alasan ingin mengirit, berhati-hatilah karena akan ada banyak godaan, mulai dari berbagai varian liquid di pasaran, hingga munculnya mod atau RDA/RTA baru tiap bulannya. Hehehe, itu godaan yang sangat susah ditolak bagi saya, karena ada saja dorongan untuk membeli, meskipun sebenarnya kita bisa mengirit dari segi liquid. Jika anda ingin melakukan sedikit pengiritan, coba saja buat liquid anda sendiri (Baca Disini: Tips Membuat DIY Liquid). Terakhir, bagi saya PV memang bukan opsi untuk lebih mengirit, tapi saya lebih sayang paru-paru saya. Karena saya belum bisa lepas dari nikotin, maka vaping adalah pilihan saya. Mungkin suatu saat jika saya sudah benar-benar bisa lepas dari nikotin, saya pun akan berhenti vaping dan memulai hidup sehat yang sebenarnya.
Akhir kata, terimakasih sudah membaca artikel saya yang berantakan ini. Saya harap anda bisa dengan bijak menilai dan memilih antara merokok dan vaping, karena saya tidak ingin men-judge mana yang lebih baik terutama bagi anda. Hidup ini adalah pilihan, dan pilihan itu milik anda masing-masing. Artikel ini saya tulis berdasarkan apa yang saya rasakan dan saya alami, maaf apabila tidak bisa menjelaskan secara ilmiah, karena saya tidak berkompeten untuk itu, saya hanya menyampaikan apa yang terlintas di pikiran saya. Terimakasih, salam ngebul...!!!
 

Monday, October 5, 2015

Five pawns: Bowden's Mate

Setup malam ini:
Ipv 4: 50watt
Nixon RDA: 24awg Nichrome 80, 8 wrap dual coil, 2,5mm
Five Pawns: Bowden's Mate

Josssssss...!!

Thursday, October 1, 2015

Mutation XS RDA

Halo semua, saya kembali lagi untuk memberikan review atau lebih tepatnya pendapat saya untuk salah satu RDA yang sempat ramai diperbincangkan. Apakah itu? jawabannya adalah Mutation XS, generasi terbaru dari Mutation series. Jujur saya, awalnya saya sempat kecewa dengan produk-produk sebelumnya, mulai dai X1, X2, X3, dan hanya sedikit terhibur dengan X4. Tapi kali ini ternyata saya berhasil dipuaskan oleh RDA mereka yang imut-imut ini. Berikut gambarnya:
RDA mungil ini memiliki desain yang mirip dengan X4, hanya saja bagian barrel dibuat lebih pendek, yah kira-kira seperti Freakshow Mini (tanpa driptip). Desain bagian lain hampir identik, yaitu 3 lubang airhole dari bawah coil, 4 post pada deck, dan yang tidak pernah ketinggalan dari seri Mutation, airflow samping dengan desain 9 lubang yang disusun miring. Tak lupa, tetap ada "pisau" untuk mengatur airflow samping. Jadi bagi anda yang suka bermain cloud, tentu saja RDA ini mampu melakukannya, seperti para pendahulunya. Mutation series tidak pernah mengecewakan dalam hal "cloud chasing", sebuah nilai plus tentunya. Oke mari kita lanjut, anda akan mendapat dua opsi untuk driptip, 1 berupa chuff, dan 1 drip tip adapter untuk drip tip standar anda (drip tip standar tidak termasuk dalam paket). Bagi saya, chuff terasa lebih nyaman untuk RDA ini karena saya tetap mendapatkan rasa dari liquid, dan tetap mendapatkan cloud yang memuaskan. Setelah barang saya terima, langsung saya build dengan Kanthal A1, 26awg, 2mm, 6wrap, dual coil. Setelah vaping beberapa saat, saya merasa ada yang kurang (FYI: saya menggunakan mechanical mod). Akhirnya saya putuskan untuk mengganti coil, masih dengan setup yang sama, hanya saya saya ganti dengan ukuran 24awg. Nah, ini yang saya cari, uap yang hangat semi panas, ditambah uap yang cukup tebal. Soal rasa tidak perlu ditanya, memuaskan. Dengan catatan, saya hanya menggunakan lubang airhole bawah, bagian samping saya tutup total. Seperti saya bilang tadi, meskipun dengan chuf bawaannya, rasa dari liquid tetap keluar dengan baik. Oya, saya juga mencoba membuka 2 bagian dari airflow samping, cloudnya sangat-sangat memuaskan. Namun terlalu "loss" bagi saya, rasa dari liquid pun menjadi sangat kurang. Yah, kesimpulannya, bagi anda yang menginginkan RDA cloud dan flavor dalam satu barang, Mutation XS cocok bagi anda. Meskipun anda tidak bisa mendapatkan keduanya sekaligus (Harus setting airflow), tapi saya rasa cukup worthed untuk dibeli. Oya, atau mungkin ada yang mau berbagi setup nya untuk RDA ini? Silahkan langsung tulis di kolom komentar, gratis kok hehehe. Oke, akhir kata terimakasih kepada anda yang telah meluangkan waktu membaca artikel ini. Salam ngebul..!!!

Monday, September 21, 2015

Great Combo: IPV 4 + Nixon RDA + Vintage Brew number 2 liquid

Combo nikmat untuk sore hari yang penat.
My setup:
IPV 4 : 48.5watt (4 volt)
Nixon RDA: Dual coil, Nichrome 80 24awg, 8 wrap 2,5mm
Liquid: Vintage Brew number 2, 3mg (mangga seger, dingin nya koolada bikin kepala lebih dingin setelah seharian beraktivitaa, hehehe)

Full review coming soon ya!
Salam ngebul..!!!

Tea and Cloves liquid: Moonsnoow



Halo sobat Vaporizero, jumpa lagi. Pada kesempatan kali ini yang akan saya bahas adalah liquid endemik dari Yogyakarta. Tea and Cloves : Moonsnoow.
Berikut ini wajahnya:
 (maaf foto saya ambil dari salah satu iklannya, karena saya belum sempat foto-foto, hehe)
Tea and Cloves: Moonsnoow, liquid ini masuk dalam kategori liquid buah yang segar. Setelah saya tebus dengan uang Rp 80.000, langsung saja saya buka botolnya. Tercium aroma Berry yang kuat, saya tidak yakin Berry jenis apa itu (tapi yang jelas buka Strawberry, mungkin blackberry, blueberry atau semacamnya). Oya, kebetulan saya membeli yang 3mg nikotin karena saat itu stok yang ber-nikotin hanya ada yang 3mg, yah tidak apa-apa pikir saya.
Baik, sekarang waktunya mencicipi. Setelah ganti kapas dan bersih-bersih RDA, langsung saja saya drip. Sedotan pertama benar-benar buah berry dengan sentuhan dingin, tapi bukan dingin menthol saja saya rasa, sepertinya menggunakan koolada juga karena efek dinginnya kuat tapi tidak terlalu tercium aroma menthol (walaupun ada sedikit). Dari segi rasa tidak ada masalah, nikotin nya pun sangat halus bagi saya, entah karena saya terbiasa menggunakan 6mg atau memang jenis nikotin nya, yang jelas tetap nyaman di tenggorokan. Exhale, ternyata bukan hanya buah berry tapi ada buah yang lain. Awalnya saya tidak menyadari buah apa yang muncul di akhir itu, baru setelah setengah hari memakai liquid itu, baru saya sadar bahwa aromanya seperti sirup A*C rasa Leci. Entah benar atau tidak, tapi itu yang saya rasakan, mungkin ada salah satu dari anda yang sudah mencoba yang bisa menjabarkan lebih banyak, hehe silahkan langsung di kolom komentar.
Yah, akhir kata liquid ini cukup worthed antara harga dan rasa yang kita dapat. Saya harap para brewer lokal tidak patah semangat untuk terus berinovasi, sehingga produk yang dihasilkan dapat merubah mindset masyarakat yang masih berpikir liquid import itu lebih enak. Untuk saat ini saya rasa liquid lokal juga tidak kalah, bahkan sudah banyak yang lebih baik daripada liquid-liquid import. Maju terus liquid lokal Indonesia. Salam ngebulll...!!!